Syahadat Atau Belajar – Mana Yang Lebih Penting?


Judul di atas diambil dari sebuah obrolan warung kopi dengan seorang teman berkaitan dengan fenomena beberapa orang-orang yang berganti agama ke Islam. Pertanyaan panjangnya lebih kurang begini “sebenarnya kalau ada yang mau pindah agama ke Islam, seharusnya dia bersyahadat terlebih dulu atau mempelajari Islam (minimal mengerti hak dan kewajiban seorang pemeluk agama Islam) baru kemudian bersyahadat?”

Jujur saja saya tidak pernah mencoba mencari tahu pendapat para ulama yang lebih mumpuni mengenai hal tersebut. Adapun mengenai jawaban yang saya pegang adalah keharusan untuk belajar terlebih dahulu mengenai Islam sehingga orang yang akan berpindah agama tersebut paling tidak mengerti mengenai hak dan kewajibannya di dalam Islam.

Adapun beberapa dasar dari jawaban saya tersebut adalah:

  1. Dilihat dari urutan turunnya wahyu. Urutan ayat pertama yang diajarkan oleh Jibril kepada Muhammad saw. adalah “iqra” yang artinya “bacalah”. Bukan “bersyahadatlah” atau “sembahlah tuhanmu” atau bahasa syariat lainnya. Membaca dalam pemahaman saya adalah proses untuk belajar mengenai sesuatu yang baru. Bagi Muhammad saw. ketika itu, Islam adalah sesuatu yang baru. Walaupun beliau mungkin saja telah dibekali pendidikan keagamaan yang sesuai dengan ajaran nenek moyangnya tetapi konsep keislaman tentulah berbeda dengan agama nenek moyangnya.
  2. Ketika memulai sesuatu yang baru, seyogyanya yang harus dilakukan terlebih dulu adalah membaca buku petunjuk. RTFM atau Read The Full Manual. Bukan lantak laju alias hantam kromo. Misalnya ketika membeli ponsel yang baru, hal pertama yang harus diketahui adalah apa jenis kartu yang digunakan, apakah kartu SIM standar, mini, nano atau mikro. Kedua bagaimana cara menghidupkan dan mematikan alias mengetahui dimana letak tombol power. Hal yang perlu diketahui ketiga adalah bagaimana melakukan panggilan telepon dan terakhir adalah bagaimana mengirimkan pesan singkat ke nomor lain. Mengenai fasilitas lainnya bisa dipelajari ketika nanti diperlukan. Begitu juga jika ingin berganti agama ke Islam. Ketahuilah terlebih dahulu apa hak dan kewajiban di agama yang baru agar nanti tidak salah kaprah. Mengenai amalan sunat dan lainnya tentu bisa dipelajari seiring waktu berjalan.
  3. Poin ini mungkin bakalan banyak yang tidak suka. Kalau seseorang ingin berpindah agama di Katolik, maka prosesnya tidak segampang hanya mengucapkan keimanan kepada agama yang baru tersebut. Orang tersebut haruslah ikut pendidikan keagamaan a la Katolik terlebih dahulu selama beberapa waktu. Pada saat menjalani pendidikan masih boleh mengundurkan diri jika berubah pikiran. Pada saat selesai pendidikan harus menjawab apakah masih tetap ingin berpindah keyakinan ke Katolik atau tidak. Kemudian baru dibaptis ke agama Katolik. Prosesnya panjang dan terkadang menguras kesabaran. Tapi intinya tetap sama, ketika ingin berpindah ke Katolik maka ada keharusan untuk mempelajari agama tersebut terlebih dahulu bagu menyatakan keimanannya. Bukannya ingin meniru ajaran agama lain, tapi proses ini seharusnya normal jika merujuk ke poin pertama di atas.

Tentu saja ketiga poin tersebut masih sangat bisa dibantah karena hanya bersandar pada logika yang saya miliki saat ini.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.